Langsung ke konten utama

Review Jasmine

Judul Buku : Jasmine
Penulis : Riawani Elyta
ISBN : 978-602-8277-91-4
Penerbit : INDIVA Media Kreasi
Tebal Buku : 320 halaman
Ukuran : 19 cm x 13 cm
Harga Buku : Rp42.000,-
Sinopsis
Jasmine, ibarat sekuntum melati yang tercampakkan. Dalam gersangnya kehidupan, keindahan parasnya justru mengundang luka. Dean, The Prince, dedengkot jaringan Cream Crackers, ibarat pangeran misterius dari kegelapan. Menebar petaka, meski begitu, sejatinya masih tersisa sepenggal nurani di dalam jiwanya.

Mereka bertemu, dalam kerasnya gelombang kehidupan. Dalam luka-luka yang perih. Namun, dalam badai yang gencar mendera, cinta telah mendatangi mereka. Cinta yang membebat luka. Cinta yang secara ajaib, justru mengajarkan mereka tentang putihnya nurani dan indahnya cahaya.

ENDORSEMENT

“Kisah yang fantastis, mempercepat laju adrenalin! Diksi cintanya terasa segar, kisah para hacker Dean dan Ioran disajikan penuh petualangan. Tidak akan bosan dan kecewa membacanya.” (Sinta Yudisia, pegiat FLP, Penulis “Rinai “ dan lebih dari 40 buku).

Tidak mudah menggabungkan tema yang cukup rumit dengan romansa. Tetapi Lyta dengan kecermatan dan ketekunannya telah berhasil melewatinya. (Ifa Avianty, Penulis Novel-Novel Romance).


Review
Alur cerita Jasmine kurang lebih memfokuskan diri pada karakter Dean dan Jasmine. Dean seorang craker handal yang memiliki sekelompok yang berada di bawah kendalinya yaitu The Prince, melakukan tindakan-tindakan yang melanggar norma dalam hal hukum dan etika, melibatkan banyak kasus kriminal macam pemalsuan identitas dan pembobolan kartu kredit . Sedangkan Jasmine seperti terperangkap dalam takdir yang tidak menentu dalam kehidupannya yaitu pertama-tama ia melarikan diri dari Yayasan Sosial dengan Malika yang selalu berada di sampingnya dan kemudian saat dia telah memutuskan untuk keluar dari zona nyaman seseorang mengharapkan dia untuk datang di kehidupan orang tersebut. Tokoh Jasmine dan Dean pada akhirnya dipertemukan takdir yang seolah bermain-main, namun akhirnya salah satu dari mereka terperangkap dilema.

Sang penulis novel ini mampu mengaduk-aduk perhatian saya di setiaplembar novel ini. Karakter yang masing-masing kuat dalam novel ini sungguh membuat saya turut berempati dengan terus memerhatikan gerak cerita. Agaknya kedua tokoh utamanya sama-sama saling memiliki kepribadian introvert. Bedanya adalah Jasmine digambarkan sangat tidak mau tersedot kembali dengan masa lalunya, dan tentu saja ia tersendat kendala ekonomi. Kontras dengan Jasmine, Dean malah ingin keluar dari lingkaran yang diciptakan Ayahnya berupa kekayaan melimpah yang membuatnya sungguh merasa kesepian dalam keheningan.

Mengambil tema yang jarang dipakai penulis lain berupa dunia cybercrime, plus human traffic, plus HIV/AIDS novel ini sungguh benar-benar memukau saya karena ternyata endingnya yang twist banget. Dan jujur saja sebagai novel inspiratif, kesannya novel ini smooth sekali karena tidak menggurui. Tentang gaya bercerita penulisnya pun sungguh terasa khas sehingga cita rasa buku ini bisa dinikmati dengan mantap. Semoga pada karya selanjutnya penulis bisa menelurkan lagi buku-buku semacam ini. Semoga ...[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)

 

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

[Travel Writing] Bale Kabuyutan Desa Ciledug Wetan Cirebon

Kemarin mencoba datang ke tempat yang belum pernah dikunjungi. Kebetulan daerah dekat rumah saya. Tulisan ini tadinya telah terkirim ke media tempat PKL saya. Tapi, nasibnya naas karena harus berakhir di recycle bin komputer redaktur. Jadi, saya share saja di blog. Bale kembang di Bale Kabuyutan. (Dok. pribadi) Berlokasi tepat di belakang kantor kuwu Desa Ciledug Wetan Kecamatan Ciledug, Bale Kabuyutan masih berdiri kokoh hingga kini. Bale Kabuyutan adalah salah satu situs peninggalan budaya leluhur Cirebon berbentuk bale kambang (tempat tidur dari kayu). Benda itu tersimpan di dalam ruangan berukuran sekitar 20 x 30 meter. Sedangkan bale kambang itu memiliki ukuran panjang 5 m, lebar 3 m, dan tinggi 0,5 m serta disangga oleh enam tiang. Menurut Mundara (62) selaku juru kunci Bale Kabuyutan, tempat tersebut dulunya difungsikan sebagai tempat pengambilan sumpah bagi mereka yang hendak menganut Islam. Mundara yang sejak tahun 2002 menjadi juru kunci di tempat itu menuturkan bah...