Judul: Creative Writing
Penulis: A.S. Laksana
Jumlah halaman: vi+208 halaman
Penerbit: GagasMedia
Cetakan Pertama: 2013
Harga: Rp55.000,-
Berisi sekumpulan tip dan
strategi menulis cerpen dan novel, buku terbaru karya penulis kenamaan
Indonesia ini sangatlah pas disajikan untuk mereka yang ingin mendalami
kegiatan tulis-menulis secara intens. Buku dengan cover depan yang simple ini
secara gamblang memberikan 24 tip yang sangat berguna dalam kegiatan
tulis-menulis. Pemaparan demi pemaparan per babnya sungguh menarik karena buku
ini full ilustrasi plus penyampaiannya tidak melulu serius.
Edisi revisi Creative Writing ini
menambahkan unsur lain dalam keterampilan menulis. Seperti yang tercantum di
kulit belakang buku ini, menyebutkan bahwa bab 'Bagaimana Membuat Adegan yang
Menarik' plus bab 'Menulis dengan Sudut Penceritaan Beragam' ditambahkan dengan
22 bab lain yang seru-seru. Sebut saja bab 'Show, Don't Tell', bab 'Pacing',
bab 'Strategi Tiga Kata', dsb.
Ditambah beragam quote penulis
terkenal atau tokoh yang dipandang keren, ternyata menjadi pemanis di dalam
buku ini karena disematkan di setiap awal bab, berdampingan dengan ilustrasi
yang dibuat tak membosankan. Sebut saja bab satu yang menyorot tentang 'Rahasia
Kreativitas' yang membahas tentang awal ketika ingin menulis sebaiknya penulis
mendekatkan dulu tangannya dengan otak, karena hal itu ternyata merangsang
kreativitas-kreativitas terpendam yang ada di dalam diri penulis tersebut.
Quote yang tertempel di bagian awal bab itu datang dari Tony Buzan, dengan
kata-kata 'Segala sesuatu adalah soal pikiran'. Benar-benar nyambung.
Ditulis oleh penulis yang
karyanya pernah terpilih sebagai karya sastra terbaik tahun 2004 oleh Majalah
Tempo, buku ini mampu memberikan sederat ide keren yang bahkan jika dibaca oleh
penulis profesional pun akan mampu melabelinya sebagai menu baru yang pas untuk
mengeksplor kegiatan mengukir penanya. Jujur saja, selain materi yang padat
diberikan dalam buku ini, penyampaiannya pun terkesan ceplas-ceplos, memberikan
kesan membumi. Mungkin dengan harapan agar pembacanya tidak merasa digurui saat
menyantap buku ini.
Salah satu bab yang dianggap
tidak mainstream, adalah bab mengkongkretkan aspek-aspek abstrak yang biasanya
dalam fiksi bagaikan kacang goreng. A.S. Laksana mampu menuturkannya secara
jelas bahwa hal mengkongkretkan hal abstrak tak harus selalu berpatokan
'denotatif'. Misal, ketika membuat cerita bertema rindu, penulis seharusnya
mampu tidak menuliskan satu pun kata 'rindu' dalam ceritanya. Dia juga
mengatakan dalam bab 'Konstruksi', alangkah baiknya jika penulis mengedepankan
aspek relevansi dalam membentuk karya fiksinya. Artinya, bikinlah cerita yang
apik tanpa menuturkannya bertele-tele. Penulis harus memangkas bagian-bagian
tidak penting dalam produk intelektualnya meskipun bergelar fiksi.
A.S. Laksana membuat buku ini
dengan satu kesalahan yang sebenarnya krusial. Namun, mungkin karena materi
yang termuat telah begitu ideal, sehingga satu kekurangan itu dengan mudah
dilupakan. Ya, tidak ada bab yang membahas tentang cara pembuatan judul yang
menarik dalam buku ini. Padahal pembuatan judul juga termasuk langkah penting
dalam proses membuat karya fiksi. Bahkan, mungkin ada penulis yang membuat
cerita karena terinspirasi dengan judul unik. Tengok Putu Wijaya, penulis
kondang yang hobi memberi judul hanya satu kata dalam setiap cerpen buah
pemikirannya.
Membaca buku ini sungguh serasa
melahap makanan favorit. Meski genrenya non fiksi, bab-bab yang tersembunyi di
dalamnya memuat efek ingin dibaca terus-terusan. Maka, hati-hati dengan buku
ini karena apa yang ada di dalamnya mampu menggoda mata sampai kecapean. Semoga
bermanfaat![]
Komentar
Posting Komentar