Menonton series The Summer I Turned Pretty karena tertarik series ini adalah adaptasi dari novel Jenny Han sepertinya. Siapa yang tidak kenal Jenny Han? Berkat bukunya berjudul To All The Boys I've Loved Before, banyak series-series dan film diadaptasi dari karya-karya beliau yang membuatku suka secara visual karena selalu rapih. Sebenernya ceritanya pun rapih termasuk pada series yang akan aku ulas saat ini berjudul The Summer I Turned Pretty yang aku nikmati di platform Prime.
Series ini menceritakan Isabel, atau Belly yang selalu menikmati musim liburan pada musim panas di rumah teman ibunya. Di sana dia selalu menikmati kehangatan musim panas bersama ibunya, kakak cowoknya, teman ibunya dan anak-anak teman ibunya yang sekarang tumbuh menjadi cowok-cowok menarik. Belly pun begitu, dimusim panas saat ini dia berubah alias bermetamorfosis menjadi cewek yang sangat rupawan dan menarik.
Belly dulunya mungkin agak berisi dari segi badan, berkacamata dan sepertinya berkawat gigi sekarang tampil wah dengan tubuh langsing, rambut tergerai panjang, tanpa kacamata, gigi putih yang rapih, wajah manis, dan tentu saja kulit mulus. Mungkin semua itu akan biasa saja jika saja Belly tidak memiliki persona yang menawan. Iya, Belly sangat menarik dari segi kepribadian sehingga ia pun memikat banyak hati termasuk cowok-cowok anak-anak teman ibunya itu, mereka bernama Conrad si sulung yang misterius dan Jeremiah si petakilan namun tampan. Belly sepertinya masih nampak polos karena memang mungkin ini tahun pertama ia akan merasakan sensasi pertama akan segala hal yang biasanya remaja Amerika rasakan pada masa pubertas.
Menonton series ini sebenernya agak monoton karena sepanjang cerita disuguhkan konflik yang aman-aman saja antar karakternya. Begitupun tentang pengembangan setiap karakter-karakternya yang lumayan lurus alias kurang pergolakan batin. Meskipun dari episode tengah sampai akhir disuguhkan lumayan banyak konflik yang diungkapkan secara gamblang secara pelan-pelan, tetap saja entah kenapa kurang terasa mengoyak emosi.
Mungkin series ini lebih berusaha mengungkapkan permasalahan secara lembut? Entahlah, namun segalanya terasa lancar-lancar saja dan kurang membuat adrenalin terlonjak, padahal bisa saja mengoyak-ngoyak hati penonton seperti kebimbangan Lara Jean pada series adaptasi novel Jenny Han lainnya, film pertama ditriloginya mampu membuatku merasa terhibur.
Mungkin adalah amanat yang coba disampaikan secara dalam diseries ini mekipun tidak terlalu kentara tentang bagaimana anggota keluarga seharusnya bisa saling percaya dan menjaga satu sama lain, tentang memikul beban bersama satu sama lain dalam berbagai hubungan bukan saja dalam hubungan romatis namun juga dalam hubungan persahabatan dan keluarga. Agaknya hal-hal itu melulu yang coba disampaikan dalam series ini dimusim pertamanya.
Terkait percintaannya, mungkin penonton akan menaruh simpati yang kurang pada Belly karena dia digambarkan kurang lebih plin-plan dalam urusan hatinya, karena disini Belly dihadapan pada banyak godaan namun dia tidak bisa atau berproses sangat lambat dalam menentukan pilihan hatinya, orang yang coba dicintainya. Meskipun begitu, series ini tetap layak ditonton karena masih memiliki daya tarik yang berpotensi menghibur penonton.[]
Komentar
Posting Komentar