Langsung ke konten utama

Ulasan Kapan Nanti Karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

 


142 pages, Paperback

First published May 9, 2023

Hasil konferensi Bac Abuk U tahun 2099 di sebuah kota misterius di belahan bumi Selatan menyatakan membaca buku akan mengakibatkan otak kita menari-nari tanpa henti alias memberikan efek adiksi luar biasa seperti menikmati permen lolipop terkenal keluaran PT Ngem Utma Neez, produk terlaris di tahun yang sama. Apalagi jika buku kita merupakan karya benak dari penulis amazing abad ini yang tidak lain dan tidak bukan penulis yang mengklaim dirinya pernah tinggal di antara dua rumah yang habis kebakaran secara mencurigakan. Review ini juga disinyalir mencurigakan karena akan dibeberkan secara tak terhingga, tak terlupa dan akan mendobrak pakem-pakem rigid penulisan standar review buku (mengacu standar penulisan pengarang As Alngom Ong, era es batu belum mencair sederas pada milenia sekarang).

Kumcer Kapan Nanti, bukan Kapan Saja menceritakan kisah-kisah terserah si pembaca menginterpretasikannya sebagai wujud apa. Seperti contohnya cerita Kin (Si Kurang Ajar), menceritakan gadis yang seyogiyanya perlu dipentung sejak lahir karena melakukan hal-hal luar binasa di kehidupannya. Cerita ini akan mengolok-olok norma sosial, atau norma sok bijak tentang anak yang harusnya memang tak durhaka pada orangtua yang tetap durjana. Kin memang seharusnya menjadi percontohan anak yang seharusnya melakukan hal semau dirinya jika dia berada digaris takdir melawan kehidupan yang harusnya dberikan pada anak manis. Membaca cerita ini akan membuat kadar amarah pembaca menjadi naik drastis sampai pada titik melongo tak henti. Pasalnya kisah ini tidak akan main-main mengaitkan mungkin realita yang terjadi sesuai status quo. Bahwa anak memang perlu diperhatikan nafkah lahir dan batin (As Al Bun, 2345).

Pada kisah Kabaret, penulis seperti mencoba bercerita sambil menggoda kita tentang imajinasi kita yang kadang terlalu mengawang-awang padahal sebenarnya suwung. Kita akan dihadapkan pada realita bahwa yang magis belum tentu kritis dan yang padat belum tentu sesat. Cerita tentang sosok bertopeng kelinci akan mengingatkan pembaca bawa memang hal buruk memang seharusnya disalurkan pada hal yang benar bukan pada hal semau kita saja karena akan mengakibatkan musibah domino (Or Ang Sar Aff, tahun kucing).

Cerita-cerita lainnya di buku ini akan tetap memanjakkan kita sampai kita merasa bahwa buku ini memang sebaiknya dibanting pada saat masih ada sebagai gumpalan ide di benak penulisnya. Dijamin jika kita melakukan hal itu hidup itu akan tenang berdasarkan sebuah artikel koran Seputar Kejadian Nahas dan Gila di planet Tak Bertuan tahun 6969 kecapatan cahaya.

Cerita seperti Kambing dan Kelana dijamin membuat pembaca dongkol kalau tidak sebal sambil memakan kol karena karakterisasi penokohan yang lumayan energik dan ambisius. Cerita-cerita lainnya tak kalah seru membius sampe diri ini akan terasa sinting. Ada pun cerita-cerita itu adalah Kering, Kuping, Kubur dan Krematorium.

Selamat membaca dan selamat menjadi gila. 😉

Bintang penuh untuk buku ini.

Komentar

  1. Akhirnya kamu menulis review lagi di sini. Buku Ziggy yang ini bener-bener susah dipahami. Alurnya bisa diikuti tapi untuk bisa menempatkan kita sebagai pembaca di ceritanya sangatlah susah. Secara pribadi, buku Ziggy yang ini bukan selera saya, makanya tidak sampai selesai baca, hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kang mulai menulis review lagi hehe... iya alangkah baiknya baca buku Ziggy yang JSP atau Di Tanah Lada saja kang karena lebih enak untuk dibaca bagi pembaca awam atau yang selera mainstream

      Hapus
  2. Kudos on your latest post. Insightful, engaging, and greatly appreciated.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)

 

[Travel Writing] Bale Kabuyutan Desa Ciledug Wetan Cirebon

Kemarin mencoba datang ke tempat yang belum pernah dikunjungi. Kebetulan daerah dekat rumah saya. Tulisan ini tadinya telah terkirim ke media tempat PKL saya. Tapi, nasibnya naas karena harus berakhir di recycle bin komputer redaktur. Jadi, saya share saja di blog. Bale kembang di Bale Kabuyutan. (Dok. pribadi) Berlokasi tepat di belakang kantor kuwu Desa Ciledug Wetan Kecamatan Ciledug, Bale Kabuyutan masih berdiri kokoh hingga kini. Bale Kabuyutan adalah salah satu situs peninggalan budaya leluhur Cirebon berbentuk bale kambang (tempat tidur dari kayu). Benda itu tersimpan di dalam ruangan berukuran sekitar 20 x 30 meter. Sedangkan bale kambang itu memiliki ukuran panjang 5 m, lebar 3 m, dan tinggi 0,5 m serta disangga oleh enam tiang. Menurut Mundara (62) selaku juru kunci Bale Kabuyutan, tempat tersebut dulunya difungsikan sebagai tempat pengambilan sumpah bagi mereka yang hendak menganut Islam. Mundara yang sejak tahun 2002 menjadi juru kunci di tempat itu menuturkan bah...

The Cat Returns (2002), Sebuah Ulasan Singkat

Film ini mengisahkan seorang siswa bernama Haru yang kurang bisa menikmati hidupnya karena terasa membosankan. Haru memendam perasaan kepada siswa cowok di sekolahnya namun sayang Haru harus menelan pil pahit karena dia tahu cowok itu sudah memiliki kekasih. Hidup Haru berubah saat dia kemudian menyelamatkan seekor kucing yang akan tertabrak mobil. Sejak saat itu, Haru kembali mempertanyakan kembali makna kebahagiaan dalam hidupnya. Menonton film ini membuatku merasa bahagia dan tenang. Mungkin lebih ke perasaan tentram sepanjang menonton filmnya. Karena aku pikir plot dalam film ini sungguh sangat mudah dicerna namun aku tidak protes. Tidak seperti kebanyakan film lainnya kreasi studio Ghibli, film ini seakan tidak berusaha membuat pusing penontonnya, ya mungkin memang sengaja dibuat mudah ditebak dari segala aspek filmnya.  Menurutku, penonton akan mengambil hikmah tentang tidak banyak menggerutu dalam menjalani hidup saat mereka menuntaskan menonton film ini. Karena ...