Hubungan asmara platonik
adalah hubungan hati yang bebas dari nafsu. Keterikatan itu terjadi benar-benar
murni dari dalam hati yang mengagumi intelektualitas seseorang, atau rasa kagum
yang timbul karena tindak-tanduk seseorang yang menginspirasi kita.
Sungguh, mungkin cinta
platonik yang tengah terjadi di dalam hatiku. Seseorang sangat aku sayangi,
tanpa sedikit pun rasa untuk memiliki barangkali. Dia adalah temanku sejak
kecil yang sekarang mengambil jurusan serupa denganku di universitas yang sama
di kota ini.
Namanya Ardelia. Aku biasa
memanggilnya Del. Terdengar lebih singkat. Kita sama-sama mencintai teknologi
seperti menyukai biskuit hari lebaran. Selalu saja coba untuk dikulik, dibahas,
dan dihabiskan tentu saja.
Del sungguh penggemar berat
Steve Jobs. Bos Apple yang cinta minimalisme itu adalah panutan Del sejak gadis
itu berseragam putih biru. Del bercita-cita bekerja sebagai programmer handal
yang nantinya menciptakan piranti teknologi semacam Steve Jobs. Mendunia dan
sukses. Kemudian menjadi filantropi.
Cita-cita Del sungguhlah
langka. Aku menjadi peniru Del dengan sedikit keberanian untuk terus maju. Del
selalu menyemangatiku untuk menggapai cita-citaku sebagai pembuat game.
Barangkali Del juga bisa dijadikan partner kerja yang serasi. Namun, Del
sungguhlah manusia ambisius yang paling kukenal. Pintar dan juga sangat lihai.
Sayangnya, ia barangkali menjadi bodoh saat baru kali pertama mengenal cinta.
Hatinya ia serahkan pada
laki-laki paling tampan yang menjadi idola gadis-gadis jurusan TI. Dia adalah
Baron. Dia adalah paket lengkap yang tidak sepertiku. Barangkali Baron adalah
versiku yang lebih baik. Lahir dari keluarga kaya, memiliki otak encer, pintar
bergaul, karismatik, dan dianugerahi wajah yang memikat. Dan tentu saja jangan
lupakan sikap Baron yang paling tidak bisa dicegah untuk menghipnotis semua
gadis di kampus ini: humoris. Itu adalah senjata andalannya yang tentu saja
seratus persen tidak dimiliki olehku yang manusia pendiam ini.
Del barangkali bisa cocok
dengan Baron karena Del sendiri adalah gadis extrovert yang tidak pernah
kehabisan energi untuk mengobrol, bersosialisasi, dan tentu saja berbaur dengan
siapa saja bahkan dengan orang asing yang baru ia kenal sekali pun. Sikap-sikap
itulah yang aku rasa sangat aku kagumi dari Del. Meskipun aku denganya adalah
seperti pollar opposite alias dua kepribadian yang berkebalikan, tetapi kita
bisa saling melengkapi meskipun label saat ini adalah sahabat. Hal yang tentu
saja aku harapkan berubah.
Hari ini Del memintaku
menemaninya datang pada acara ulang tahun Baron. Sungguh aku sangat tidak
percaya diri. Del, bisa saja mengajak teman-teman perempuannya. Namun, Del
beralasan sangat ingin pergi denganku. Ia malas berbaur dengan kawan-kawan
perempuannya yang gemar menebarkan isu-isu belum jelas. Singkatnya Del sepertiku
alias tidak suka bergosip.
Atau jangan-jangan Del
mengasihaniku karena aku belum ada pasangan yang bisa kugandeng ke acara ulang
tahun Baron yang bertema romantis karena bertepatan dengan tanggal 14 Februari
alias hari Valentine itu. Aku curiga karena barangkali Baron mencoba
menganalkan pasangannya. Ini bisa jadi bumerang bagi Del yang kadung cinta mati
padanya.
“Bram, acaranya pasti ramai
sekali. Semoga kamu enggak merasa pusing.” Kata-kata Del mencoba
menyemangatiku. Tentu ia tahu sifatku satu ini. Kadang aku seperti wallflower
yang sangat-sangat tidak menikmati pesta yang tengah aku hadiri. Aku lebih
sering memilih duduk saja sepanjang waktu bahkan sampai pesta selesai seperti
patung. Ini terdengar menyebalkan.
“Tenang Del, aku bawa si
gadgy.” Ucapku mencoba menenangkan diriku sendiri juga.
Gadgy adalah piranti
elektronik semacam tablet mini yang fungsinya untuk menggambar. Aku juga senang
mengguratkan cat-cat pada kanvas. Tidak hanya dalam bentuk konvensional, tetapi
dalam bentuk digital pun aku jajal. Hal ini pun bisa menjadi pelipur lara yang
ampuh bahkan pembunuh rasa bosan. Dan akhir-akhir ini aku tengah mendalami
kemampuan menggambar kartun. Karena aku juga memiliki cita-cita itu. Del sangat
tahu itu.
Venue alias tempat perayaan
ulang tahun Baron telah ramai. Kebetulan tempatnya tidak jauh dari kampus.
Tempat tersebut berupa kafe yang lumayan luas dengan halaman belakang yang
superhijau dijadikan sebagai tempat perayaan. Maka, aku dan Del langsung menuju
tempat tersebut. Banyak teman-teman kami di sana. Sepertinya Baron memang
mengundang banyak orang tidak hanya mahasiswa-mahasiswi dari jurusan TI saja.
Beginilah saat menjadi mahasiswa superaktif, banyak kenalan yang bisa dijadikan
koneksi.
Biasanya yang merayakan
ulang tahun itu anak perempuan. Menurut desas-desus yang beredar Baron
sepertinya dipaksa oleh orangtuanya untuk merayakan karena orangtuanya juga
ingin melaksanakan kampanye terselubung. Kalau tidak salah keduanya sama-sama
caleg-caleg daerahku. Namun, Baron baik-baik saja, dia tidak merasa malu atau
gengsi. Satu lagi poin yang bisa menaikkan Baron sebagai kandidat terbaik
pendamping hidup untuk gadis yang semoga saja bukan Del. Sementara Del masih
memasang rona wajah tegang. Air mukanya seperti berkata di mana Baron? Kenapa
yang memiliki hajat belum juga tampil padahal Del rindu?
Kangen, tentu saja. Baron
sudah dua minggu tidak di kampus karena dia sedang mengikuti kompetisi nasional
di Jakarta. Lomba robotika. Entahlah Baron memang sempurna. Tidak sepertiku.
Aku seharusnya merelakan Baron dengan Del. Bukankah Del sangat pantas
dengannya? Bukannya aku sudah bilang jika aku hanya memiliki perasaan platonik
pada Del? Sekadar kagum, sekadar cinta karena intelektulitas dan sikap Del.
Sama sekali nol nafsu.
“Datang,” Del menunjuk Baron
yang datang dari arah pintu masuk. Muka Del pucat pasi karena di samping Baron
berjalan gadis yang teramat ayu. Dia sangat asing tentu saja bagiku dan Del.
Kemudian semua orang di tempat itu pun bereaksi sama seperti kami. Penasaran.
Baron mengenalkan gadis itu.
Dia adalah Alyssia. Ternyata sahabat semasa kecil Baron. Mereka dulu terpisah
dan hilang kontak. Mereka saling menemukan saat kontes robotika itu. Mereka
sungguh sangat akrab. Dan Baron tanpa malu-malu mengumumkan bahwa ia memang
sudah jatuh hati pada Alyssia sejak dulu. Baron menyatakan cinta di depan
orang-orang.
Seketika kulihat mendung dan
hujan di wajah Del. Ia tertunduk dan membuatku merasa ikut pedih. Tanpa tedeng
aling-aling aku menuntunnya untuk keluar dari tempat itu. Ia patuh.
***
Mungkin seperti itulah yang
akan kamu rasakan ketika cinta yang kamu miliki bukan platonik. Mengetahui
orang yang kamu cintai mencintai orang lain sungguh membunuhmu bukan? Namun,
aku pada Del seperti hujan dan teduh. Mungkin kita selalu bersama-sama meskipun
kita tidak datang pada waktu yang serasi.
Sebulan setelah kejadian
ulang tahun Baron, aku merasa bahwa Del akhirnya bisa tersenyum kembali.
Setelah kuselipkan surat misterius pada tas Del. Isinya pengagum rahasia Del
ingin gadis itu ceria kembali. Sesederhana itulah perasaanku pada Del.
Entah akan sampai kapan aku
menyembunyikan perasaan ini yang sudah jelas-jelas menyiksaku sejak lama.
Mungkin cinta platonik sudah berevolusi dalam diriku. Atau mungkin ia masih eksis,
tetapi belum menampakkan diri dengan agresif kembali.[]
Saya mah belum pernah mengalami cinta platonik. Kayaknya meradang banget. Tidak bisa apa-apa, sementara hati meminta mengungkapkan. 😁
BalasHapusiya serem banget cinta platonik ini, tapi beberapa orang mengalaminya... :(((
Hapus