Langsung ke konten utama

Review Film Kafir (2018)

Kafir merupakan film horor Indonesia yang booming saat film horor sejenis tengah naik daun juga, Sebelum Iblis Menjemput. Namun, agaknya Kafir ini lebih tidak banyak ditonton ketimbang Sebelum Iblis Menjemput. Padahal film ini lumayan komplit, aku pikir film ini menyajikan horor yang Indonesia sekali dengan drama yang kental dan sinematografi yang apik.

For your information, review ini sangat-sangat telat dan mengandung spoiler alert parah. Aku nonton film ini pas tanggal 11 Agustus 2018. Hari itu aku mencoba nonton film sendirian dan pengen ngexplore genre horor.

Kafir jadi film pertama yang kutonton sendiri (bergenre horor). Kisahnya tentang sebuah keluarga yang baru aja ditinggal pergi oleh kepala keluarganya. Sang ayah dari keluarga tersebut meninggal dengan misterius. Saat makan malam, tiba-tiba ia muntah dan mengeluarkan beling. Setelahnya sang ayah tersebut kejang-kejang parah dan meninggal dunia. Disinyalir ini adalah ulah seseorang yang benci dengan keluarga tersebut sehingga mengirim santet yang pada akhirnya merenggut jiwa si ayah.

Anggota keluarga yang tersisa adalah anak gadis yang masih SMA, bujang yang masih kuliah, dan seorang ibu. Setelah kepergian sang ayah, si ibu selalu tampak melamun. Sedangkan sang anak gadis masih penasaran dengan kematian sang ayah sehingga melakukan investigasi mandiri. Sedangkan, sang bujang sedang menikmati dimabuk asmara dengan gadis di kampusnya.

Kelajutan dari film ini adalah sang ibu seperti mendapat teror lanjutan. Lalu, si ibu ini berkonsultasi dengan dukun di desanya. Ternyata memang santet tengah membombardir. Bahkan santet tersebut sangat kuat hingga pada akhirnya si dukun pun mampus karena saking kuatnya kiriman tersebut. Sementara si anak gadis terus menginvestigasi bahkan mencoba mengikutsertakan kakaknya. Sepertinya mereka menemukan titik cerah.

Film ini mencapai klimaks saat sang gadis tahu bahwa si penyantet adalah orang dari masa lalu kehidupan asmara orangtuanya yang ternyata ibu si pacar kakaknya. Keluarga tersebut pun melawan sekuat tenaga agar mereka lepas dari jerat mereka.

Yang aku bisa nilai dari film ini adalah temanya yang horor lokal sekali. Tentang santet. Patut diapresiasi karena menurutku sih tema ini digali dengan sangat apik oleh film ini. Terlebih banyak atribut-atribut yang mendukung sekali. Aku suka aja. Dramanya juga dapet meskipun ada satu kekurangan yang banyak membuat penonton kecewa yaitu kehadiran si tokoh penyantet yang telat kesannya kenapa harus muncul tokoh baru menjelang akhir? Kalo menurutku sih oke-oke aja sih selama background cerita ini kuat dan pas di awal cerita ada tokoh misterius muncul.

Yang kusuka lagi dari film ini adalah minimnya jumpscare. Aku suka aja sama film horor yang model begini. Tanpa perlu membuat kaget penonton, film ini menurutku berhasil banget menyampaikan aura menyeramkan. Ditambah aku suka settingnya yang alami, kayaknya diambil di Jawa Timur deh. Masih asri meskipun enggak diinformasikan secara gamblang lewat filmnya.

Pokoknya film ini cukup memuaskan. Aku kadang nunggu film-film macem begini. Kayaknya jarang ada ya? Semoga nanti-nanti bermunculan film serupa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)