Judul: Aku Anak yang Berani 2
Penulis: Watiek Ideo dan
Theo Ideo
Penerbit: Gramedia
Pustaka Utama
Terbit: Cetakan Pertama, April
2016
Buku anak-anak yang membahas hal tabu tidaklah
banyak. Jarang penulis buku anak Indonesia yang berani mengangkat tema tabu ke
permukaan. Salah satu penulis yang kini mencoba menggarap tema tabu dalam buku
anak adalah Watiek Ideo. Di bukunya kali ini yang bertajuk Aku Anak yang Berani 2, ia membahas topik bullying. Ia menulis buku ini bersama suaminya, Theo Ideo.
Buku Aku
Anak yang Berani 2 ini berisi sepuluh kisah tentang bullying. Kisah-kisahnya sendiri adalah kisah nyata yang penulis
dapatkan dari pengalaman-pengalaman lingkungan sekitar mereka. Cerita pertama
di buku ini berjudul Jangan Ambil Uangku.
Berkisah mengenai Zaki si anak baru yang ceria dan suka melucu. Suatu hari Zaki
menjadi murung dan membuat teman-temannya khawatir. Ternyata Zaki setiap hari
dipalak oleh Joni, kakak kelas Zaki yang badung. Teman-teman Zaki berusaha
mencari jalan keluar, akhirnya Zaki bisa ceria seperti dulu kala.
Cerita kedua berjudul Permainan Siapa? Ceritanya mengisahkan Dio yang diledek
teman-temannya karena bermain bola bekel. Teman-teman lelaki Dio terus mem-bully Dio karena anak itu bermain
permainan yang biasa dilakukan anak perempuan. Dio marah pada teman-temannya
dan memutuskan tidak mau bermain lagi. Untunglah hadir Kak Yuda yang
menyadarkan teman-teman lelaki Dio bahwa tidak ada permainan yang khusus untuk
anak perempuan maupun anak lelaki. Bahkan Kak Yuda memberi contoh pekerjaan
koki yang lihai memasak, bukankah hal itu biasanya dilakukan perempuan? Dio
akhirnya bisa main bersama lagi.
Selain itu masih ada delapan kisah lagi
yang membahas seorang adik yang selalu diteriaki kakaknya, atau tentang
anak-anak yang biasanya sering ejek nama orangtua, ada juga kisah anak yang
malu karena pekerjaan orangtuanya diejek, dan di cerita terakhir akan
diceritakan kisah anak yang sering dimarahi orangtua.
Bullying
memang hal yang sering terjadi di kehidupan anak-anak. Hal ini berdampak buruk bagi
perkembangan anak. Maka melalui buku ini, Watiek dan Theo mencoba membuka mata
orangtua bahwa mereka harus mendampingi anaknya dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan. Sudah saatnya orangtua pun memberikan bacaan yang bisa membuka
wawasan umum seperti contohnya buku ini. Ketika seorang anak membaca buku ini,
orangtua harus turut mendampingi. Karena konten di buku ini tidak bisa langsung
diserap begitu saja oleh anak-anak.[]
Komentar
Posting Komentar